Judul buku : Cinta Rasa Mie Instan Penulis : Merry Maeta Sari Penerbit : Elex Media Komputindo (Quanta books) Jumlah Halaman : 192 hal Terbit : 2014 Berpacaran sebelum menikah itu menurut Daisy seperti saat dirinya merebus sebungkus mie instan. Tapi, masalahnya saat menunggu air mendidih dan mie direbus. Bumbu yang ada sedikit demi sedikit berkurang atau sampai habis karena dicicip. Lalu bagaimana nasib mie instan yang sudah direbus? Diganti dengan mie instan baru yang berbumbu lengkap atau memakannya dengan rasa hambar? Mana sensasinya lagi? Atau Daisy harus menjalankan saran Zian? Membuat bumbu racikan sendiri untuk mie instan itu? apa yang ia butuhkan untuk mengolah bumbu agar sama rasa seperti bumbu yang telah ia habiskan? Garam, lada, dan bumbu lainnya? Akankah mie instan dengan bumbu-bumbu baru tetap disebut mie instan? Daisy. Seorang gadis yang mulai berniat untuk berhijrah, tetapi masih berpacaran dengan seorang pria bernama Zian. Zian adalah adik kelasnya waktu SMA dulu. Saat ini Daisy sudah lulus kuliah dan memiliki satu toko aksesoris, sementara Zian masih menyelesaikan skripsinya. Zian adalah pria yang (hampir) sempurna, wajah tampan, cerdas, sopan, berasal dari keluarga yang berpendidikan dan terpandang.
"Tiga atau empat tahun lagi, kalau aku udah lulus S2 dan mapan." —hal 4 Lima tahun sudah mereka menjalin hubungan. Setelah Daisy mulai mengerti batasan-batasan antara pergaulan pria dan wanita dalam islam, Daisy menemui Zian dan memintanya untuk segera menghalalkan Daisy setelah Zian lulus kuliah. Tapi mengecewakan, Zian masih tidak bisa mengabulkan permintaan Daisy, dan malah beralibi ingin melanjutkan pendidikannya. Daisy bimbang, terlebih lagi Mama Papa daisy dan keluarga besarnya sangat menyetujui hubungan mereka. Malakait kecil Daisy—Fatih pun sangat menyukai Zian. "Kata Om Zian, Fatih mau diajak ke mana, Bunda? Yang ada ikannya guede itu, Bunda, yang raksasa yang kayak alien, Bunda....." —hal 11 Fatih adalah anak dari kakak perempuan Daisy— Kakak April, dan suaminya Fajar. Kakak April dan Fajar menikah tanpa proses pacaran, bisa dibilang juga mereka nikah muda. Namun sayangnya, Kakak April meninggal sebelum sempat melihat bayi Fatih yang telah di lahirkannya, semenjak hari itu Daisy dan Mama lah yang merawat Fatih dari sejak bayi, sementara ayahnya Fatih—Fajar harus pergi ke London untuk melanjutkan pendidikan beasiswa S2 nya. Oleh karena itu, Fatih memanggil Daisy dengan panggilan 'Bunda'. "Tidak sebanding dengan murka Allah kalau lu ngelanjutin, padahal lu udah tahu apa konsekuensinya." —hal 15 Selain memiliki keluarga yang sangat menyenangkan, Daisy juga memiliki seorang teman kuliah yang bernama Rissa. Sejak dilahirkan kedunia ini, Rissa belum pernah merasakan pacaran. Bahkan Rissa selalu blak-blakan menasihati Daisy agar ia segera memutuskan hubungan dengan Zian. Selain Rissa, ada juga Dian —teman SMA Daisy— yang prinsipnya kurang lebih sama dengan Rissa. Daisy semakin kalut, kalau temannya sudah mengingatkannya pada Allah. Sebenarnya Daisy memang sudah bertekad untuk mengakhiri hubungannya dengan Zian, tetapi masih ada banyak hal yang mengganjal dalam hatinya. Apakah dia bisa melupakan Zian? Apakah dia akan mendapatkan seorang imam yang jauh lebih baik dari Zian? Apakah dia rela jika Zian bersama wanita lain?. Lima tahun sudah mereka menjalin hubungan, tentu saja menjawab semua pertanyaan itu tidaklah mudah. Sebelum masalah dengan Zian selesai, ternyata ada satu masalah lagi untuk Daisy. Mas Fajar akan kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan S2 dan tanggung jawab pekerjaannya. Daisy merasa senang sekaligus sedih mendengar hal itu. Karena artinya, jika Mas Fajar kembali mungkin Mas Fajar akan mengambil Fatih dari Daisy dan keluarganya. Di hari kepulangan Mas Fajar ke Indonesia, beberapa keluarga Mas Fajar mengunjungi rumah Daisy. Termasuk Fahri, adik Mas Fajar yang hobi ngegombal itu. Daisy dan Fahri memang sudah cukup akrab, bahkan mereka bisa mencibir satu sama lain. Selain itu Fahri juga pernah modusin Daisy, untung waktu itu Daisy sudah mempunyai Zian. Di sela-sela kebimbangannya untuk memutuskan Zian, suatu hari secara kebetulan Daisy bertemu dengan seorang pria yang bernama Faiz di sebuah Mesin ATM. Faiz meminjamkan uang seratus ribu kepada Daisy, karena kartu ATM Daisy tertelan dan ia tidak memiliki uang cash untuk membayar Taksi. Zian, Fajar, dan Faiz adalah tokoh pria dengan karakter yang baik, dan hampir mendekati sempurna. Hanya saja mungkin Zian kurang terlalu mengerti agama. Begitu juga Fahri, Fahri sebenarnya cocok untuk Daisy dan patut dimasukkan ke dalam list reccomended, tapi kekurangan Fahri yang suka modus itu, jadi susah membedakan apakah dia sedang serius atau tidak. Apakah Daisy akan mengakhiri hubungan nya dengan Zian? Atau malah menunggu Zian sampai ia menyelesaikan S2 nya? Apakah Daisy akan lebih memilih untuk turun ranjang dengan Mas Fajar, agar tak kehilangan Fatih? Atau justru Daisy terjebak lagi dengan gombalan Fahri? Apakah mungkin Daisy akan 'bertemu tidak secara kebetulan lagi' dengan Faiz? Atau dia lebih memilih ta'aruf dengan pria lain? "aku ingin lelaki luar biasa itu adalah seseorang yang memuliakanku dengan ijab kabulnya, bukan hanya dengan segudang harta dan gelarnya."—hal 66 ~("-")~('-')~("-")~ Pada saat awal membaca novel ini, saya menebak kalau cerita novel ini ringan dan seputar kehidupan sehari-hari saja. Ya memang benar, konflik di dalam novel ini tidak terlalu 'wah'. Lebih cenderung ke konflik batin yah. Tetapi saya suka. Saya 'terbawa perasaan' setiap membaca percakapan Daisy sama Zian. Ada satu adegan Daisy dan Zian yang hampir membuat saya mengeluarkan butiran air dari sudut mata saya, tetapi enggak jadi. Jaga image sedikit lah #eh. Selain itu, novel ini membuat saya 'ingin' ketawa, karena karakter Fahri yang kalau berbicara sama Daisy malah jadi nyeleneh gitu ya. Terus waktu baca adegan Daisy di 'malam pertama yang bukan malam pertama' sama 'abang'nya, membuat saya 'mesem-mesem' sendiri. Untung gak ada yang melihat saya senyum-senyum sendiri, karena saya memang membaca pada saat me time banget. Hihihi. Bagusnya novel ini adalah, menyelipkan pesan untuk tidak membuang-buang waktu dengan pacaran. Halalin atau putusin?! Heheh. Selain itu ceritanya ringan dan menggunakan bahasa yang tidak terlalu berat, membuat kita mudah terhanyut dalam ceritanya. Tetapi menurut saya, kurang nya novel ini, di bagian menjelang akhir, alurnya terlalu cepat. Masih kepingin lihat konflik konflik kecilnya Daisy. heheh Overall, saya sukaaaaaaa novel ini. Satu hari langsung habis saya baca, meskipun pakai jeda mengerjakan berbagai macam pekerjaan rumah saya. Setelah membaca novel ini saya jadi semakin yakin sama prinsip saya, untuk jomblo sampai halal. Sampai ada yang halalin gitu maksudnya. X"D (yaelah curcol). Novel ini recommended banget buat kalian para jomblowati yang masih tetap istiqomah #asek. Cocok juga buat kalian yang sudah lama pacaran tapi bingung mau ambil keputusan. Hehehe. Mengutip kata-kata Nita —salah satu teman Daisy dalam novel ini— kurang lebih seperti ini, "lima tahun? Itu pacaran atau kredit motor?." Hehehehehe Kalian mau merasakan 'sensasi' membaca novel ini juga? Silahkan baca gratis lewat aplikasi iPusnas. Saya juga membaca lewat aplikasi itu. hehehe. Maafin ya mbak penulis, saya baru baca karya nya kemarin, itu juga gratisan, hehehe. (/-\) . tapi kalau mau beli bukunya, tanyakan saja sama pihak Elex Media Komputindo nya. hehehe. 8 bintang dari 10 bintang saya berikan untuk novel Cinta Rasa Mie Instan. Yeay o('-'o) Jangan lupa membaca buku favorite kalian, hari ini '-')7 dan jangan lupa baca kitab suci kalian masing-masing. Biar gak salah kaprah :))))) hehehehe
0 Comments
Leave a Reply. |
mimi Fachriyahone of introvert girls who love sleeping, listening, reading and changmin. Archives
July 2021
Categories
All
Mimi's bookshelf: read
by Tere Liye
review saya http://mimichinori.weebly.com/review/buku-dikatakan-atau-tidak-dikatakan-itu-tetap-cinta-kumpulan-sajak
|