Judul buku : Kisah Sang Penandai Penulis : Tere Liye Penerbit : Mahaka Publishing (Imprint Republika Penerbit) Desain cover : Mano Wolfie Layout : Nr Alfian Editor : Andriyati Jumlah Halaman : iv+295 hlm Terbit : Cetakan IX, November 2016 (Cetakan I, Juli 2011) Duhai, apakah kau akan memilih mati ketika cinta-sejatimu tidak terwujudkan? Ataukah hanya bisa memeluk lutut, menangis tersedu, bersembunyi di balik pintu seperti anak kecil tidak kebagian sebutir permen? Adalah Jim, pemuda yatim-piatu dipilih oleh Sang Penandai (penjaga dongeng-dongeng), untuk mengukir kisah melupakan sang pujaan hati, Nayla. Adalah Jim, pemuda yang jangankan memegang pedang, membaca pun dia tidak bisa, terpilih untuk menggurat cerita tentang berdamai dengan masa-lalu. Dia harus menyelesaikan pahit-getir perjalanannya--apapun harganya! Karena kita sungguh membutuhkan dongeng ini. "Apakah kau juga akan mati untukku?" Nayla bertanya lirih. Jim mengangguk, anggukan yang terlalu berani. Jim, seorang pemuda yang pandai memainkan biola. Sewaktu Jim memainkan biolanya di pernikahan Marguiretta─sahabatnya─, dia bertemu dengan seorang gadis bernama Nayla untuk kali pertama. Nayla bilang, dia mengagumi permainan biola Jim. Semenjak saat itu, Nayla banyak menghabiskan waktunya bersama Jim, hanya untuk mendengarkan nada-nada yang keluar dari biola Jim. Cintapun bersemi di hati Nayla dan Jim. Namun, perjalanan cerita mereka tak seindah permainan biola Jim. Latar belakang mereka berdua menjadi kendala bagi keberlangsungan hubungan mereka. Nayla dijodohkan oleh keluarganya dengan seorang pria -yang tentu saja- lebih hebat dari Jim. Jim yang hanya seorang pria yatim piatu tak mampu berbuat apa-apa, terlebih lagi keluarga Nayla adalah keluarga yang terpandang dan cukup berkuasa. Beberapa kali Nayla mengirimkan surat kepada Jim, meminta Jim untuk menggagalkan perjodohan itu. Tetapi. Jim terlalu takut untuk melakukan hal-hal gila yang konsekuensinya juga pasti tidak akan mudah. "Ah, kematian tidak pernah bisa membunuh cinta sejati." ─hlm.30 Pada tanggal 7 bulan 7 di jam 7, Nayla terbaring kaku di tempat tidurnya. Nayla-nya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Nayla mengulang peristiwa dua ratus tahun lalu di negeri tempat kelahiran Jim. Jim menangis pilu melihat Nayla-nya yang sudah tak bernyawa lagi. Jim menyesali kepengecutannya. Nayla-nya telah pergi. Cinta pertamanya telah pergi. "Pemilik semesta alam menciptakan dunia dengan cinta. Kau tahu, Dia mematikan yang hidup dengan kasih-sayang. Menghidupkan yang mati juga dengan kasih-sayang." ─hlm.31 Jim terus merutuki dirinya atas kematian Nayla. Dia berlari kembali ke taman kota ─tempat di mana seharusnya ia bertemu dengan Nayla-nya. Di tengah kabut duka Jim capung-capung datang bersamaan dengan kedatangan seorang pria bijak yang sudah paruh baya. Pria itulah yang kemudian dikenal dengan nama 'Sang Penandai'. Sang Penandai adalah orang yang mengukirkan kisah-kisah melalui orang yang dipilihnya. "...adalah kebodohan terbesar di dunia jika kau harus membunuh dirimu saat kekasihmu pergi..." ─hlm.31 Sang Penandai telah memilih Jim sebagai seorang anak manusia yang akan memiliki dongengnya sendiri. Jim sempat tidak mengerti apa maksud kedatangan Sang Penandai. Namun akhirnya, setelah Jim mengalami situasi yang sangat mendesak dan hampir merenggut nyawanya. Sang Penandai datang lagi untuk membantu Jim. Jim pun mengalah dan mulai menuruti apa yang diperintahkan Sang Penandai. Kata penandai dibaca seperti kata landai, pantai. Asal kata penandai dari andai, yang berarti dongeng dalam bahasa tertentu ─hlm.33 "...Ketahuilah, semakin bijak seseorang maka semakin banyak ia memiliki pertanyaan yang tidak terjawab." ─hlm. 53 Sesuai perintah Sang Penandai, Jim ikut bergabung dengan Armada Kota Terapung yang akan berekspedisi mencari Tanah Harapan. Armada yang terdiri dari empat puluh kapal raksasa dan dipimpin oleh Laksamana Ramirez. Jim menjadi seorang kelasi dalam ekspedisi itu. Ia juga bertemu dengan seorang kelasi lain, bernama Pate. Yang kemudian Jim dan Pate menjadi teman baik. "Wahai, musik yang indah tidak akan pernah mengganggu siapa pun." ─hlm.85 Mampukah Jim menyelesaikan dongengnya? Berdamai dengan masa lalu dan melupakan Nayla nya? atau tetap mempertahankan cintanya hanya untuk Nayla? Ini kedua kalinya saya membaca novel karya bang Tere Liye (Ah, mungkin ketiga kali, jika novel bumi bisa habis saya baca). Novel ini berawal dengan kisah Jim yang harus berpisah dengan Nayla-nya. Menyedihkan. Saya cukup sebal juga, karena kisah ini berawal seperti itu. Tapi mungkin akan lebih menyebalkan jika membaca novel yang sad ending. Hmm hmm. Cover novel ini terlihat suram. Sesuram isinya?. Ehm, bisa dibilang iya. Karena novel ini juga berisi perjalanan Jim mengarungi lautan selama beberapa tahun lamanya, sampai akhirnya bisa tiba di Tanah Harapan. Saya pribadi, cukup 'ngeri' membayangkan bagaimana harus berlayar bertahun-tahun dan hidup di kapal. Tetapi enggak perlu khawatir, karena selama mereka berlayar, beberapa kali mereka berhenti di sebuah negeri atau pelabuhan dan mengalami berbagai macam petualangan. Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga. Bang Tere Liye yang kemampuan menulisnya sudah tak usah dipertanyakan lagi mampu membawakan karakter masing-masing tokoh dengan sangat kuat. Namun entah mengapa saya merasakan jiwa-jiwa Pak Tua (salah satu tokoh dalam novel : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah.) pada karakter Sang Penandai. Mungkin karena keduanya sama-sama sudah tua dan bijak kali ya x)). Saya paling suka dengan karakter Laksamana Ramirez. Awesome. Seorang pemimpin yang bijak. Dan saya suka bagaimana Laksamana mengakhiri dongengnya. Jim juga termasuk karakter yang Loveable. Pandai bermain biola berhati lembut, kemudian bertransformasi menjadi pria yang sangat tangguh. Alurnya memang terkesan lambat. Karena kita harus mengikuti perjalanan Jim mengarungi lautan selama kurang lebih menghabiskan delapan bab dari enam belas bab yang ada dalam novel ini. Untungnya alur yang lambat ini diisi dengan berbagai macam konflik kecil yang membuat saya ingin terus membaca halaman demi halaman buku ini. Dan tak ada keinginan untuk melewati satu halaman pun. Karena semakin jauh kalian membaca novel ini, semakin kalian terbawa dengan dunianya Jim. Setting dari novel ini memang murni imaji penulis. Ya, Tanah Harapan, Puncak Adam, Kota Champa, dll. Saya tidak pernah tahu di mana tempat-tempat itu berada. Karena sepertinya memang tidak ada. Saya hanya tahu Ujung Harapan. Ehehehe. Kembali ke setting novel ini. Meskipun setting novel ini lahir dari imajinasi sang penulis, penulis mendeskripsikannya dengan baik sehingga imajinasi saya ikut terbawa membayangkan bagaimana tempat-tempat yang ada di dalam novel ini. Bagian favorite saya, ketika Jim dan Pate memaksakan diri untuk mendaki Puncak Adam. Saya suka bagian ini. Karena saya bisa melihat kentalnya persahabatan Jim dan Pate. Ketika Jim merasa harus menemani Pate mendaki Puncak Adam. Ketika Jim harus menanggung hukuman dari warga setempat, karena ulah Pate yang keras kepala. Ketika Pate menggendong Jim yang tak sadarkan diri. Sementara ending novel ini sungguh tidak bisa ditebak oleh saya. Hehe. Plot twist. Pokoknya membuat saya terkejut. Ternyata ada udang di balik dongeng 200 tahun lalu yang terjadi di kota kelahiran Jim. Namun saya cukup senang dengan endingnya. Kalau berbicara ending mungkin memang tak bisa ditebak, tetapi ada bab yang jalan ceritanya tertebak oleh saya. Yaitu bab Kura-kura Raksasa. hehehe Sayangnya, saya masih bertemu dengan beberapa typo. Sebenarnya tidak terlalu banyak, namun karena bahasa dalam novel ini mengalir dengan baik, typo itu membuat seolah-olah alirannya sedikit terhambat. Menjelang bab akhir saya juga menemukan ada beberapa halaman yang double/sama. Sedikit mubazir. Terlepas dari kekurangan itu, saya dapat mengambil beberapa pesan yang terkandung dalam novel ini. Salah satunya untuk memperjuangkan cinta dengan bersahaja. Tidak dengan 'gila-gilaan', ketidaksabaran, atau dengan mendahului takdir. Dan berdamailah dengan masa lalu. Saya merekomendasikan novel ini untuk pecinta novel romance yang ingin berfantasi dengan dunia 'lain', atau untuk pecinta novel fantasi yang ingin mencicipi romansa cinta pertama dan cinta sejati. Juga untuk kalian yang mungkin sedang merindukan cinta pertama dan mempertanyakan siapa cinta sejati kalian. Bacalah novel ini. Selamat menjelajahi kisah Sang Penandai! Dan Selamat menciptakan dongeng kalian masing-masing (人 •͈ᴗ•͈) P.S : Novel ini saya dapatkan gratis dari Republika Penerbit. karena saya telah memenangkan giveaway #ResolusiuntukRepublika . Terima kasih banyak Republika. sudah memberikan saya karya yang sangat menakjubkan ini. ^^
0 Comments
Leave a Reply. |
mimi Fachriyahone of introvert girls who love sleeping, listening, reading and changmin. Archives
July 2021
Categories
All
Mimi's bookshelf: read
by Tere Liye
review saya http://mimichinori.weebly.com/review/buku-dikatakan-atau-tidak-dikatakan-itu-tetap-cinta-kumpulan-sajak
|