Judul: The Dead Returns. Penulis: Akiyoshi Rikako. Penerjemah: Andry Setiawan. Penerbit: Penerbit Haru. Halaman: 252 hlm. Tahun terbit: Suatu malam, aku didorong jatuh dari tebing. Untungnya aku selamat. Namun, saat aku membuka mataku dan menatap cermin, aku tidak lagi memandang diriku yang biasa-biasa saja. Tubuhku berganti dengan sosok pemuda tampan yang tadinya hendak menolongku. Dengan tubuh baruku, aku bertekad mencari pembunuhku. Tersangkanya, teman sekelas. Total, 35 orang. Salah satunya adalah pembunuhku. Koyama Nobuo, siswa kelas 2-A di SMA Seiran. Dia mencintai kereta api dan segalanya yang berbau kereta. Pada malam 2 September, dia pergi ke tebing Miura Kaishoku, untuk bertemu dengan seseorang yang memintanya datang ke sana. Bukannya bertemu orang itu, dia malah terjatuh ke dalam jurang karena dorongan dari belakangnya. Setelah terpuruk ke dalam jurang, nyawanya diujung tanduk. Meskipun begitu, dia masih bisa mendengar suara-suara di sekelilingnya. Suara mars kematiannya, juga suara anak laki-laki yang datang dan berniat menolongnya. Namun malang, anak laki-laki itu tak dapat menolongnya. Karena anak itu juga ikut terperosok ke dalam jurang. Sampai akhirnya semua berubah menjadi gelap. Saat membuka mata. Koyama tidak ada di surga. Dia berada di rumah sakit. Nyatanya dia masih hidup. Tapi ada yang aneh. Dia tidak mengenali orang-orang yang berada di dekatnya. Anehnya lagi, mereka menyebut diri mereka 'Mama' dan 'Papa', Koyama juga dipanggil 'Shinji' ataupun 'Shin-chan'. Setelah berusaha menelan keanehan ini, akhirnya Koyama tahu dan mengerti. Saat ini ia hidup tidak pada tubuhnya sendiri, jiwa Koyama yang hidup berada di tubuh anak laki-laki yang berniat menolongnya. Takahashi Shinji, namanya. Sementara diri Koyama Nobuo dinyatakan sudah mati. Itu artinya, dia mengorbankan jiwa Takahashi Shinji, dan meminjam tubuh Shinji untuk hidup kembali. Koyama berniat untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada orang tua Shinji, namun dia mengurungkan niatnya. Karena dengan memakai tubuh Shinji, dia ingin mencari pembunuh Koyama Nobuo, yang dia yakini ada di antara teman sekelasnya sendiri. Mampukah Koyama memainkan perannya sebagai Shinji? Akankah ia menemukan pembunuh dirinya? Ini kali kedua saya membaca novel karya Akiyoshi Rikako Sensei. Yang pertama kali adalah Girls In The Dark. Setelah membaca ini, saya semakin yakin untuk memasukkan Akiyoshi Sensei ke dalam jajaran penulis favorit saya!
Novel ini pertama kali saya baca dan buka plastiknya di kantor. Namun karena jam istirahat kantor yang kurang efektif untuk dipakai membaca novel. Saya pun hanya bisa membaca 2 bab, itu pun kurang ngena karena banyak suara yang mengganggu. Akhirnya saya anggurin novel ini untuk sementara waktu, sampai hari libur tiba dan saya memutuskan untuk membacanya dari halaman pertama lagi. Benar! Ternyata lebih ngena! Lebih mencekam! Lebih bikin merinding! Lebih penasaran! Sampai saya bisa menghabiskan novel ini seharian. Novel ini novel terjemahan yang diterbitkan penerbit haru. Jika dibandingkan dengan Girls In The Dark, terjemahannya lebih mulus. Enggak ada yang bikin mandeg baca. Bagusnya lagi, banyak kosakata kebudayaan yang sengaja enggak diartikan, tapi diberi pengertiannya di footnote. Lumayan untuk menambah pengetahuan kebudayaan Jepang kan? Terlepas dari terjemahannya, saya yakin naskah aslinya juga pasti asyik banget. Terjemahannya aja ngalir banget bahasanya, apalagi aslinya! Pengin baca yang asli, namun apa daya diri ini hanya 'mantan anak sasjep' hahaha. Novel ini juga hampir sama dengan Girls In The Dark, berpusat pada cerita yang tokohnya masih SMA dan sering berada di sekolah. Meskipun begitu latar tempatnya cukup beragam, bukan hanya di sekolah. Novel ini juga mengangkat nilai-nilai yang tak jauh dari kehidupan di SMA, terutama SMA Jepang. Otaku, bully, bunuh diri, cowok populer, kapten tim basket, pemain band sekolah dan festival kebudayaan. Karakter tokoh dalam novel ini kuat banget! Meskipun banyak tokoh yang muncul, enggak akan bingung kok. Porsi dan kemunculan tiap tokoh pun jelas. Enggak tiba-tiba muncul tanpa kesan dan tanpa kepentingan. Deskripsi tokoh-tokoh pun juga digambarkan cukup jelas, terutama tokoh penting dalam novel ini. Bagaimana postur tubuhnya, bagaimana gaya rambutnya, dan apa warna kulitnya. Berbicara karakter Koyama yang asli, dia itu otaku kereta api. Tubuhnya tinggi, dia sengaja memanjangkan poni di depan wajahnya. Dia enggak pedean, jarang banget ngomong kecuali sama si Tanaka Yoshio. Sementara Takahashi Shinji. Dia anak blasteran yang ketampanannya tak usah diragukan lagi. Dia jago main gitar, nyanyi, nyiptain lagu. Anak band. Tapi dia agak nakal. Suka merokok, datang ke love hotel sama pacarnya, dan punya tindikan di telinganya. Mereka berdua itu beda banget, kayak bumi sama langit. Latar belakang keluarga mereka juga berbeda. Orang tua Koyama sudah berpisah, ibunya harus bekerja, dan kehidupan mereka biasa saja. Sementara Shinji, keluarganya hidup harmonis di rumah yang besar dan mewah. Tapi ada satu yang hampir sama dari keduanya, Koyama dan Shinji sama-sama menyukai warna biru. Koyama menyukai ink blue, warna biru yang menyerupai warna malam. Shinji menyukai midnight blue. Dari tokoh-tokoh di sini, saya memutuskan untuk memilih Koyama dengan wujud Shinji sebagai tokoh favorite saya. Lebih cool aja gitu. Hahah. Lagi, saya selalu gemas sama Akiyoshi Sensei! Beliau ini jago banget bikin saya terombang-ambing dengan plot twistnya. Duh gemes pokoknya! Dari awal saya udah salah nebak siapa pembunuhnya. Di tengah-tengah saya mulai terjebak, dan terpengaruh buat ganti jawaban. Di akhir saya makin bingung siapa pembunuhnya. Saya sama Koyama sama-sama bingung, mau pegangan Shinji aja rasanya! Eh! Plot twistnya mantaps pake bangets deh! Endingnya juga enggak ketebak sama sekali. Part favorite saya adalah ketika Koyama dalam wujud Shinji, Yoshio dan satu orang lagi─yang menjadi salah satu kunci cerita─sedang duduk di atap sekolah. Koyama seolah tak percaya melihat orang itu ada di depan matanya, dengan tubuh dan wajah yang sama namun penampilannya berbeda. Serasa lebih keren, begitu pikir Koyama. Saya merasa lucu dan lega banget. Karena itu saya suka part ini. Saking asyiknya membaca novel ini, saya jadi tidak menemukan banyak quote. Tapi saya bisa mengambil beberapa pesan moral dari novel ini. Pertama, bagaimana kita harus memandang sesuatu bukan hanya dari satu sudut pandang saja. Kedua, bukan bagaimana terlihatnya tapi bagaimana kita menyikapinya. Ketiga, kita boleh mencintai seseorang tapi tidak boleh menyampaikannya dengan cara yang salah. Misalnya jadi penguntit, malah bikin serem kan? Overall, novel ini saya rekomendasikan pakai bangets untuk semua pencinta novel thriller, slice of life, ataupun yang suka jejepangan. Ya.... dari pada kepo-in instagram stranger, mending kepo-in pembunuh Koyama aja deh! 5/5 ❤️ untuk novel ini!
2 Comments
3/8/2018 07:37:39
Penerbit Haru selalu menerbitkan tipe buku seperti ini. Saya bingung harus berkomentar apa. Yang jelas banyak yang suka
Reply
Iya. Haru sudah menerbitkan banyak J-lit thriller dari Akiyoshi Sensei, kalau enggak salah ada 6 novel. Saya sendiri suka novel thriller seperti ini. Tapi ada juga J-lit terjemahan yang diterbitkan Haru yang genrenya beda dari ini kok. hehe.
Reply
Leave a Reply. |
mimi Fachriyahone of introvert girls who love sleeping, listening, reading and changmin. Archives
July 2021
Categories
All
Mimi's bookshelf: read
by Tere Liye
review saya http://mimichinori.weebly.com/review/buku-dikatakan-atau-tidak-dikatakan-itu-tetap-cinta-kumpulan-sajak
|